Minggu, 22 November 2009

TREND JADI GAYA HIDUP ANAK MUDA

oleh Alizar Tanjung

Sikap goyah menentukan pendirian! Ini seolah menjadi dilema sendiri bagi generasi yang baru mulai tumbuh. Seolah pertumbuhan mereka belum ditopang oleh pondasi yang kuat. Kalau sebuah rumah belum ditopang dengan pondasi yang kuat, tentu rumah tidak akan stabil. Sedikit saja datang gangguan gempa, rumah cepat roboh, orang yang berada di dalamnya pun cendrung hidup dalam keadaan cemas.

Kondisi labil yang dihadapi generasi yang beranjak menuju remaja sebenarnya bukan tidak bisa diatasi. Asal ada kemauan pasti ada jalan. Kondisi ini adalah sifat konditional dari pertumbuhan mereka. Akar mereka belum tertanam kuat ke dalam tanah, hingga belum menemukan sumber air yang benar-benar jernih. Pucuk mereka belum sampai mencapai puncak matahari, sehingga perkecambahannya belum sempurna.


Labil bagi remaja dapat kita saksikan dalam cara remaja menentukan sikap. Sikap yang cendrung berobah. Pada umumnya perobahan ini mengikuti trens yang sebenarnya mereka sendiri belum mengetahui secara pasti dampak positif dan negatif dari trens yang mereka ikuti. Bagi mereka yang penting tampil menarik dan mendapat banyak pujian. Semakin banyak pujian bearti mereka semakin mendapat tenar. Dan tujuan umum dari gejala ini adalah keinginan untuk mendapatkan perhatian.

Mulai dari trens rambut. Kalau dahulu trens rambut hanya sebatas sisiran samping dan kerapian saja, bahkan tidak bisa pula disebut sebagai trens mode baru, karena tidak ada rencana dalam hal itu. Belakangan ini datang trens baru dengan gaya rambut yang berdiri atasnya, serupa jengger ayam. Para remaja memburu trens jengger ayam ini. Maka tidak dipungkiri saja mulai dari anak SD, SMP, SMA, dan anak kuliahan ikut memakai trens jengger ayam. Bahkan mereka tidak PD kalau tidak mengikuti trens. Adanya suatu perasaan merasa dikucilkan.

Selanjutnya muncul trens rambut acak-acakkan. Rambut tidak disisir, kalau menyisir cukup dengan lima jemari di tangan. Rambut dibiarkan panjang sampai menutupi alis mata, telingan, sampai sebahu. Kalau selama ini trens ini umumnya hanya dikenal pada anak seni, sekarang trens ini merambah ke dunia remaja dan dewasa. Mulai dari anak-anak sampai ke tingkat mahasiswa seperti tidak mau ketinggalan mode. Mereka berlomba-lomba mengejar trens rambut tanpa disisir, alias lorju. Tinggallah trens rambut jengger ayam.

Muncul lagi trens gaya tujuh puluhan. Ini ditemukan pada grub band Changcuters, Trens rambut serupa tudung jamur. Memang saat ini trens ini belum berkembang. Tapi tidak dipungkiri trens ini juga akan memasyarakat.

Tidak hanya trens rambut, trens celana bagi remaja dan anak muda seperti tidak mau ketinggalan. Dahulu penulis mengenal dengan yang namanya celana selebar. Mulai dari celana dasar sampai ke bahan katun, jeans, ikut menjadi selebar. Di pasar menjadi incaran bagi anak-anak muda. Sampai toko-toko kehabisan stok yang berkualitas untuk para konsumen. Sebenarnya trens ini trens 60-an. Tapi begitulah, sejarah kembali berulang.

Tahun 2009 ini datang lagi trens yang lebih klasik dari tahun 60-an. Trens celana pensil. Celana-celana sempit ini dapat kita temukan dalam buku-buku sejarah. Tentunya ini dipakai oleh-orang eropa abad XVIII ke bawah. Setidaknya zaman Napoleon Bonaparte, Karl Mark. Sekarang trens ini kembali memasyarakat. Anak-anak muda kembali berburu trens celana pencil. Bagi mereka kesenangan dan keinginan untuk berekspresi. Mengikuti mode, tapi tidak sadar kalau mereka sudah balik ke dalam dunia belakang, dimanfatkan oleh mode.

Sebelumnya juga ada trens celana gunung. Berama-ramai pula anak muda mengejar celana gunung. Sungguh ironis anak muda yang berburu mode. Asal jadi, mereka sedia. Kondisi ini tentunya banyak dampak posotif dan banyak dampak negatifnya. Mengikuti trens tanpa memilih tentunya ini seperti menggalikan kubur untuk diri sendiri, menanam ranjau dalam tubuh, tentu yang hancur malah tubuh.

Memilih trens boleh-boleh saja, tapi di balik semua itu alangkah bagusnya sebelum mengambil trens untuk dipakai sebaiknya direnung sejenak. Supaya tidak ada penyesalan dan kerusakan di belakang hari. Trens celana pencil memang model tenar saat ini, tapi kalau celana pencil ini sudah mengetatkan bagian tubuh, tentu hal ini akan meransang. Remaja laki-laki sudah dengan gratis saja memperhatikan lekukan tubuh perempuan, begitu juga sebaliknya. Seolah ini dipersilahkan saja menjadi tontonan gratis.

Trens yang semacam ini efeknya kepada pergaulan yang menjadi semakin bebas. Hubungan menjadi tidak terkendali. Awal dari perzinaan serupa mendapat legalitas. Setidaknya zina mata, zina hati, zina lidah. Bagi perempuan trens celana awai, ini sangat berpengaruh negatif pada dirinya. Kalau pakai celana awai bearti dari ujung kaki sampai paha terbuka. Sedangkan yang demikian adalah aurat bagi perempuan. Aurat kalau tidak ditutup ia akan meransang libido seks. Akhinya juga berending pada pelecehan seksual. Apalagi yang trens celana mini yang memang memperlihatkan segala lika-likunya dengan jelas.

Maka untuk ke depannya semoga generasi yang menjalani kehidupan zaman. Hendaklah dalam memilih trens kita lebih hati-hati. Memlih trens boleh-boleh saja, bahkan itu bagus sepanjang kita pandai menfilternya, tapi menjadi tidak bagus kalau kita menerima apa adanya. *(Mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam, IAIN Imam bonjol Padang)

Followers

 

Copyright © 2009 by Opini